SEAMEO CECCEP melaksanakan
kegiatan Focus Group discussion (FGD) untuk penyusunan Policy Brief PAUD-HI:
"Akses Layanan Kesehatan, Kesejahteraan, Perlindungan dan
Pengasuhan". Acara FGD ini dilaksanakan Mulai dari Hari Minggu 23 sampai
dengan Selasa 25 juni 2024 bertempat di Hotel deJava, Bandung. Dilaksanakannya
acara ini bertujuan untuk mendapat input dari masing-masing stakeholders di
setiap layanan PAUD-HI (Pendidikan,
Kesehatan, Gizi, Pengasuhan, Perlindungan, dan Kesejahteraan) untuk proses
pengembangan policy brief PAUD HI.
FGD ini dihadiri beberapa peserta
seperti Bapak Nugroho selaku Analis Kebijakan Ahli Muda Asisten Deputi
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak KEMENKO PMK, Yani Sinulingga selaku
Koordinator PAUD HI dari Direktorat PAUD, Ibu Amaranti selaku Perencana Ahli Pertama
di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) PUHA, Ibu
Ai Rahmayanti selaku Komisioner Bidang Pengasuhan dan Keluarga Alternatif,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ibu Felly Lastiawati, selaku Ketua
Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) Bandung, dan tokoh-tokoh lainnya.
Direktur SEAMEO CECCEP, Prof.
Vina Adriany kemudian menyampaikan sambutannya dengan hangat dan mengucapkan
terimakasih kepada narasumber atas kesediaannya didalam Dalam FGD kali ini
terdapat empat pematerian yang diberikan oleh para ahli. Materi pertama
disampaikan oleh Dr. dr. Brian Sriprahastuti mengenai Access for Intergrated
models and the workforce. Dr Brian menyampaikan bahwa kolaborasi lintas
pemangku kepentingan sangat dibutuhkan. Dibutuhkan Kerjasama yang baik antara Masyarakat,
negara dan dunia usaha/ filantropi dan korporat. Ia juga
menyampaikan bahwa investasi Sumberdaya
manusia sejak anak dalam kandungan menjadi modal awal untuk SDM unggul. Untuk menyelamatkan 4,8 juta jiwa balita dari
stunting, presiden menginisiasi Gerakan nasional pencegahan stunting serta
mendorong Kementerian atau lembaga melakukan konvergensi Upaya percepatan
pencegahan stunting dengan kegiatan yaitu diantaranya: pemberian makanan sehat bergizi seimbang, dukungan
pengasuhan dan pembiasaan cuci tangan pakai sabun dan buang air besar tidak
sembarangan.
Pematerian kedua mengenai
keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang dipaparkan oleh Idzma Mahayattika,
pegiat Ayah ASI. Dalam materinya disampaikan bahwa dukungan dari ayah bisa
berbetuk dukungan pengetahuan, sikap positif dukungan praktis dukungan emosional,
dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Dukungan pengetahuan bisa berupa
partisipasi dalam kelas persiapan kelahiran, menyusui dan MP-ASI, knsultasi
dengan ahli, menghadiri workshop atau seminar, dan berbicata dengan orang tua
lain yang berpengalaman.
Dalam prakteknya, masih sedikit dukungan
yang dilakukan oleh ayah dalam pengasuhan karena adanya beberapa hambatan.
Salah satu hambatan adalah hambatan kebijakan dimana minim fleksibilitas jam
kerja di perusahaan. selain itu cuti ayah masih terbatas hanya 2-3 hari di
banyak tempat serta banyaknya program pengasuan anak fokus pada ibu.
Terdapat beberapa solusi yang
ditawarkan untuk hambatan bagi para ayah. Diantaranya adalah memberikan
kebijakan cuti melahirkan, fleksibilitas datang ke kantor untuk mengurus anak
dan istri, menyediakan ruang belajar yang aman dan nyaman untuk laki-laki, dan
memberikan kepercayaan bagi para ayah untuk terlibat sambil menghargai cara
yang mereka lakukan.
Acara pematerian ke tiga diisi
oleh Ir. Yosi Diani Tresna dari BAPPENAS tajuk pemaparannya tentang Praktik
Baik dan Tantangan Mengenai Akses Layanan Pengasuhan, Perlindungan, dan
Kesejahteraan. Ia menyampaikan terkait dengan keluarga berkualitas, kesetaraan
gender dan Masyarakat Inklusi. Menurutnya pemenuhan hak dan perlindungan anak, Perempuan,
pemuda, penyandang disabilitas dan lansia melalui penguatan pengasuhan dan
perwatan, pembentukan resiliensi dan perlindungan anti kekerasan. Materi
terakhir disampaikan oleh ibu Hani Yulindrasari, Ph.D mengenai Kajian Kritis
tentang Hak Anak. Menurutnya terdapat dua pendekatan hak anak yaitu
Protectioneisme dan liberalisme. Protectionisme menganggap anak sebagai
individu yag belum otonom dan belum bisa memutuskan apa yang terbaik untuk
dirinya. Sedangkan dalam liberalisme, anak memegang hak dan berpartisipasi
membuat keputusan.
Setelah sesi materi peserta dibagi beberapa
kelompok dan berdiskusi dan menyusun draft policy brief mengenai materi-materi
tersebut. Hasil diskusi ini kemudian dipaparkan keesokan harinya pada hari
Selasa, 25 Juni 2024 oleh perwakilan kelompok. Kemudian acara ditutup oleh
direktur SEAMEO CECCEP.
Share This News