SEAMEO CECCEP Berpartisipasi dalam Pemetaan Regional Kebijakan dan Program Terkait Gender yang Berfokus pada Kekerasan Berbasis Gender

  • News
  • December 27 , 2024

Pada tanggal 27 November 2024, Assila Prianggi, Petugas Pengembangan Kapasitas SEAMEO CECCEP, berpartisipasi dalam acara Pemetaan Regional Kebijakan dan Program Terkait Gender. Pertemuan ini berfokus pada kekerasan berbasis gender dan analisis situasi gender dan pengembangan keterampilan di seluruh Asia Tenggara.

Acara ini dibuka oleh Jhon Arnold Siena, DDP SEAMES, yang menekankan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk memperluas akses pendidikan berkualitas bagi anak laki-laki dan perempuan, sejalan dengan SDGs, Putra Jaya, dan 7 Prioritas SEAMEO. Beliau menyoroti pentingnya memastikan bahwa anak perempuan memiliki akses yang sama terhadap kesempatan belajar yang berkualitas, karena kekerasan berbasis gender dapat sangat menghambat kemajuan pendidikan mereka.

Sesi dilanjutkan dengan presentasi dengan judul “Pertemuan Konsultasi Laporan Awal Masa Depan Anak Perempuan untuk Studi Pemetaan Kebijakan Regional tentang Gender dan Pendidikan.” Para konsultan berbagi temuan awal mereka dari tinjauan literatur tentang kekerasan berbasis gender di sekolah, dengan fokus pada peraturan dan kebijakan yang ada di seluruh wilayah.

UNICEF mempresentasikan kerangka kerja penelitian awal, yang dimulai dengan tinjauan literatur komprehensif yang mengkaji hukum, peraturan, dan pedoman yang melindungi anak-anak dari kekerasan berbasis gender di 11 negara Asia Tenggara. Organisasi ini menyoroti bahwa ketidaksetaraan gender masih lazim di kawasan ini, yang berkontribusi pada berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap anak-anak, terutama anak perempuan.

Kekhawatiran utama yang diangkat adalah meningkatnya kekerasan online, yang menjadi ancaman yang terus meningkat karena terbatasnya literasi digital di kalangan anak-anak dan tidak memadainya undang-undang perlindungan bagi anak di bawah umur yang berinteraksi secara online. Sesi ini lebih lanjut menyoroti perlunya mengatasi masalah ini untuk melindungi anak-anak, terutama anak perempuan, dari eksploitasi digital.

Dr. Hani dari UPI, yang mewakili tim konsultan, menjabarkan empat tujuan utama dari penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk membuat profil hasil pendidikan anak laki-laki dan perempuan di wilayah tersebut, menganalisis kekerasan berbasis gender di sekolah, dan mengevaluasi kebijakan dan program yang ada. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara implementasi kebijakan dan praktik, khususnya dalam menanggapi kekerasan berbasis gender di lingkungan pendidikan.

Pertemuan diakhiri dengan diskusi yang produktif, di mana beberapa poin penting diidentifikasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Hal-hal tersebut termasuk kebutuhan untuk menerjemahkan kuesioner survei ke dalam berbagai bahasa agar lebih mudah diakses, mengembangkan peta jalan kebijakan regional, dan meningkatkan pembangunan kapasitas untuk perlindungan anak terhadap kekerasan berbasis gender. Ada juga seruan untuk melatih para focal person dari masing-masing negara untuk bertindak sebagai pelatih untuk kerangka kerja kesetaraan gender.

Sebagai bagian dari upaya yang sedang berlangsung, tim menyusun kuesioner untuk mengumpulkan data dari para pembuat kebijakan di 11 negara, yang akan memandu strategi masa depan untuk memerangi kekerasan berbasis gender di sekolah dan masyarakat.

Pertemuan ini menandai langkah penting untuk meningkatkan kesetaraan gender dan melindungi pendidikan anak-anak di Asia Tenggara, memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan dapat mengakses pendidikan yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi.



Share This News

Comment